Melepaskanmu


Image result for melepasmu
Sore hari saat aku pulang dari suatu tempat, pas depan pintu kostku, aku membuka pintu kamarku kemudian terdengar suara dering handponeku. Aku segera meraih handpone yang masih berada dalam tas yang aku bawa. Sambil menjawab telepon, aku masuk ke kamarku dan merebahkan tubuhku di atas kasur.
“haloo… Selamat sore.” “Sore juga” suara dari seberang, aku tak mengenali suara itu. Itu suara cowok, ya suara cowok yang belum pernah aku dengar selama aku kuliah. “ini dengan Lia?” lanjutnya lagi. “Iya benar. Ini dengan siapa ya?” tanyaku bingung. “Ini aku Ardi, kamu masih ingat kan?” ucapnya lagi sambil tertawa kecil. “Ooow Ardi…” dengan penuh semangat aku menjawab teleponnya sekarang ketika aku tau telepon itu dari Ardi.
Ya Ardi adalah adik kelasku saat aku SMA. Aku dulu sangat menyukainya. Entahlah itu hanya sekedar suka atau memang aku suka benaran sama dia. Kami pun mulai ngobrol lewat telepon. Banyak yang kami bicarakan yaitu tentang semasa kami sekolah dan sudah berapa lama kami tidak pernah bertemu.
Ditengah asyiknya kami ngobrol, tidak terasa perutku mulai mengeluarkan suara alarm pertanda harus segera diisi dengan makanan. Kemudian aku berpamitan dengannya untuk makan.
Setelah selesai makan, beberapa menit kemudian suara handponeku kembali berdering. aku segera meraih handponeku yang kuletakkan di atas kasur. Dengan wajah berbinar setelah melihat nama yang ada di layar panggilanku. Ya, itu Ardi. dia kembali meneleponku. Sepertinya dia sudah tau berapa lama aku makan. Kemudian kami kembali melanjutkan obrolan kami. dan dag.. dig.. dug.. Si Ardi mulai mengarahkan ceritanya ke perasaannya selama ini. Entahlah yang dia bicarakan itu cuman sekedar buat aku yakin atau memang benar dia memikirkanku selama kami berpisah…? Aku pun percaya, dan juga senang dengar ucapannya. Aku seperti diterbangkan ke awan dan menetap di sana.. oh inilah yang disebut jatuh cinta..
tanpa berpikir panjang aku langsung mengiyakan menjadi pacarnya. Kendengarannya terlalu mendadak tapi aku tak ragu karena aku sudah mengenalnya begitu lama saat aku jadi kakak kelasnya waktu itu. Dan aku pikir perasaanku masih sama seperti saat itu.
Seiring berjalannya waktu aku sering dihubunginya. ya kami memutuskan untuk LDR dan saling percaya. Setiap saat dia menghubungiku dan tak pernah bosan aku menjawab teleponnya. Berjalan dua bulan aku mulai merasa risih dengan semua yang dia lakukan. Perhatiannya dan segala macamnya. Dan karena aku ingin tau bagaimana perasaanku sebenarnya, aku pun memutuskan untuk menghubunginya, tapi lewat chating karena aku tidak sanggup harus bicara dengannya.
Saat itu malam hari (malam Ardi, sebelumnya aku mau minta maaf sama kamu. Aku mau jujur sama perasaan aku, aku gak tau apa yang sebenarnya aku rasakan. Dan saat ini yang aku rasakan itu hubungan kita berasa hambar. Gak nyaman, gak asyik. Jadi aku mau minta waktu untuk tau perasaan aku yang sebenarnya. Aku mau kita break dulu sebentar). Beberapa menit kemudian notif whats appku berbunyi. Dengan ragu aku membuka whats appku dan benar itu balasan dari Ardi. lalu kubuka chatnya (kenapa kamu minta break? Alasan kamu apa? Kok tiba tiba minta break?) aku mulai kebingungan apa yang harus aku jawab… dan akhirnya aku kembali mengetik (alasannya karena aku merasa hubungan kita hambar. Jadi aku pengen break dulu) singkat saja balasanku untuknya. Kemudian dia kembali membalas chatku (ya udah kamu telepon sekarang dan ngomong langsung) huff makin buat aku bingung. Posisi ini yang sangat sangat gak enak. Aku kembali memberanikan diri membalas chatnya (sorry, aku hanya berani lewat chat. Aku gak bisa kalo harus telepon) kemudian tak ada lagi balasan darinya. Namun setelah menunggu agak lama notif whats appku kembali berbunyi, upss itu chat darinya (ok terserah kamu) perasaanku bercampur saat ini. Ada rasa lega dan ada juga sedih. Ya sudahlah semoga ini yang terbaik.
Hari-hariku aku jalani seperti biasa dan seakan ada satu beban yang sudah kulepaskan dari pundakku. Namun setelah 2 bulan break dia kembali menghubungiku. dia kembali chat lewat whats app (hai apa kabar. Aku kangen ni..)
Dengan setengah hati aku membaca chatnya, tapi kuakui aku sedikit kangen sama dia. Tapi tidak berlebihan. dia begitu baik denganku. Walaupun kelihatan aku menjauh dia tetap saja menghubungiku. Kadang aku merasa tersiksa setiap kali dia menghubungiku. Aku selalu merasa bersalah saat dia mulai memberikan perhatiannya.
Aku dan Ardi pun kembali melanjutkan hubungan pacaran seperti biasa. Namun aku mulai semakin menjauh dan ingin membuat suatu kesalahan agar dia memutuskanku. Tapi dia tidak menyadari itu. Oh my God apa yang harus aku lakukan. Aku selalu dihantui rasa bersalah, aku selalu merasa aku orang yang sangat egois. Sudah cukup. Aku tidak kuat lagi kalau aku harus membohongi terus perasaanku. Dan aku mulai memberanikan diri untuk menghunginya.
Tut..tut.. “halo..” suara dari sebrang yang kudengar serasa dia berbicara dengam senyum di wajahnya. Hampirku urungi niatku lagi karena aku tidak tega padanya. Tapi aku berpikir lagi, lebih gak tega lagi kalau aku terus bertahan tanpa kepastian. “i..iyaa.. h h hallo” suaraku terdengar gugup. “Kamu apa kabar?”
“Aku baik baik saja. Kamu sendiri bagaimana kabarnya?”
“Baik juga” jawabku singkat
“bagaimana kuliahmu? Sepertinya kamu sangat sibuk yah akhir akhir ini? Kok aku hubungi kamu gak pernah jawab?” banyak pertanyaan yang diberikan padaku. namun begitu suaranya tetap lembut kudengar. Aku hanya terdiam dan tidak terasa pipiku mulai dibasahi dengan air mataku yang tiba-tiba keluar dari bendungannya.
“Kamu sibuk apa sih sebenarnya? Aku kangen loh sama kamu, aku pengen dengar suara kamu, aku pengen tau kabar kamu. Aku juga kesepian selama ini. Dan aku juga butuh kamu, tapi kamu gak pernah jawab teleponku, gak pernah balas chatinganku…” sebelum ia melanjutkannya, aku segera membuka mulutku yang sedari tadi tetkatup rapat. Dan dengan sangat berat aku bicara dengannya “Ar… Aku tau kok apa yang kamu rasakan, aku tau kamu kangen sama aku, kamu pengen dengar suara aku, aku tau itu Ar. Dan setiap kamu meneleponku…” tetdiam sejenak “sebenarnya aku gak berani angkat teleponmu dan balas chatmu.”
“Nggak berani? nggak berani kenapa?” tanyanya dengan nada heran “kamu ini aneh ya?” sambungnya sambil tertawa kecil. Dan itu membuatku makin ragu untuk jujur. Oh Tuhan bantu aku… “Iya Ar, aku gak beraninya kar.. kar.. karena merasa sakit dan tersiksa kalo harus dengar suara kamu dan balas chat kamu dengan semua kebohonganku..”
“Maksud kamu apa sih? Aku gak ngerti? Trus kok kamu nangis sih?” Ardi kembali bingung dengan ucapanku barusan dan dia baru sadar kalau aku sedang nangis.
Tangisanku makin menjadi saat dia menyadari kalau aku sedang menangis. Ya untuk apa lagi aku sembunyikan kalau aku sedang menangis, toh dia juga sudah tau. Dan aku kembali menjelaskan ucapanku tadi sambil terus terusan mengeluarkan air mata. “iya maksud aku, aku gak kuat lagi kalau aku harus terus bohong sama kamu dan bohong sama diriku sendiri. Tadinya aku pikir, perasaanku masih sama kayak waktu kita SMA, ternyata enggak Ar.” tangisanku makin keras “dan aku sudah mencoba untuk bisa mencintaimu, tapi aku gak bisa Ar. Aku tersiksa dengan perasaanku sendiri.” Diam sejenak “dan setelah aku pikir-pikir, aku harus jujur sama kamu agar kamu tidak terlalu jauh mencintaiku.”
Ardi tetap terdiam mendengarkan penjelasan dan isak tangisku yang makin menjadi jadi. Dan aku terus menjelaskan padanya dan meyakininya “kamu baik. Sangat baik Ar. Aku tau, aku mungkin wanita paling bodoh yang harus meninggalkanmu. Aku juga tau aku pasti akan menyesal dengan keputusan yang aku ambil. Tapi aku juga sadar kalau aku harus bisa merelakan kamu untuk mendapatkan wanita yang baik dan juga yang bisa mencintaimu.”
Tiba-tiba Ardi mengeluarkan suaranya denga nada kecewa “kalau itu sudah keputusanmu, aku bisa apa?. Ok lah, terima kasih karena kamu sudah mau belajar mencintaiku walaupun pada akhirnya cinta yang tadi telah tunas kini telah kering karena panasnya terik mentari.”
“iya Ar, sekali lagi aku minta maaf. Aku juga gak tau kalau pada akhirnya akan begini. Mungkin kita memang tidak berjodoh. Dan jodoh terbaikmu telah disiapkan Tuhan.” sambungku lagi dengan persaan sedikit lega.
“Iya, Lia.” tut.. tut.. tut
Suaranya terhenti saat selesai ia menjawab dua kata itu, dan disambung dengan suara sambungan terputus.
Setidaknya sekarang aku sudah lega karena aku sudah berani jujur dengan persaanku sendiri. Karena bersama orang yang tidak kita cintai itu sama saja dengan menguburkan diri kita sendiri, ya kecuali seseorang yang ingin bersama karena materialis. Hmmm semua sudah berakhir. Melepaskannya adalah hal terbaik agar cintanya dapat dibalas dengan orang yang baik. Melepaskan orang yang sangat baik bukan berarti kita tidak mendapatkan orang yang baik lagi, Tuhan punya cara sendiri untuk menyatukan kita.
Cerpen Karangan: Sisilia susanti T
Facebook: Santy THM Mosaja

Sumber: http://cerpenmu.com

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.